nusakini.com-Malang-Siapa tak kenal jeruk? Rasanya yang segar, mudah dikupas dan mudah dikonsumsi membuat karakteristik jeruk menarik untuk dijadikan sebagai buah meja. Buah yang digemari masyarakat ini tersebar di berbagai daerah se Indonesia.

Sri Wijayanti Yusuf, Plt Direktur Buah dan Florikultura menyampaikan bahwa komoditas jeruk saat ini masih menjadi komoditas prioritas nasional yang dikembangkan. Sampai saat ini lebih dari 21 ribu hektare kawasan jeruk dibangun dari Sabang sampai Merauke.

"Kementan saat ini fokus dalam pengembangan jeruk, maka tak heran jika produksi jeruk nasional tiap tahun meningkat. Pada 2017 tercatat produksi jeruk mencapai 2,29 juta ton dan meningkat sebesar 3,07 persen menjadi 2,39 juta ton pada 2018," jelasnya.

Kabupaten Malang merupakan salah satu sentra jeruk di Propinsi Jawa Timur. Daerah ini kaya bermacam varietas lokal di antaranya siam madu, baby pacitan dan keprok batu 55.

"Pengembangan jeruk Keprok inilah yang merupakan tujuan utama dalam menangkal banjirnya jeruk impor yang masuk ke Indonesia. Sejak tahun 2012 hingga saat ini, Kementan melalui program pengembangan kawasan telah mengembangkan 399 hektare jeruk di Kabupaten Malang," ungkap wanita yang akrab dipanggil Yanti ini.

Sentra utama jeruk di Kabupaten Malang terletak di Kecamatan Dau. Sebanyak 1.227 hektare lahan tertanam jeruk dengan berbagai varietas tersebut. Bantuan pemerintah mengalir dari tahun ke tahun untuk pengembangan kawasan jeruk dan pemeliharaan jeruk yang sudah ada.

Direktur asal Palembang ini juga berharap ke depan produksi jeruk Keprok semakin bertambah banyak, agar dapat menggantikan posisi jeruk impor yang masuk ke Indonesia.

"Ingin belajar berbudidaya dan menikmati jeruk Malang, datang dan nikmati Kabupaten Malang dengan beragam keunggulannya," ajak Yanti. 

Desa Kucur saat ini menjadi desa terbaru yang mulai bergeliat mengembangkan jeruk keprok. Desa ini mulai tanam jeruk varietas ini di lahan 50 hektare dan terus berkembang. Jeruk ini mempunyai ciri khas dengan rasa manis, kulit tebal dan daya simpan yang cukup lama sehingga lebih tahan lama. Terhitung Maret 2019, terdapat 175 hektare lahan jeruk di Desa Kucur dengan potensi perluasan mencapai 75 hektare. 

Sanoto, asal Desa Kucur yang tergabung dalam Kelompok Tani Gemah Ripah II, mengembangkan jeruk keprok batu 55 dengan bimbingan Suliyana sebagai PPL Desa setempat. 

Menurut Sanoto, produktivitas tanaman jeruk dengan umur 6 - 7 tahun dapat mencapai 1 kuintal per pohon per tahun. Tingginya produksi tentu saja diiringi oleh pemeliharaan intensif. Pemasaran jeruk pun sudah meluas ke Jakarta, Jawa Tengah dan Bali. Harga di tingkat petani cukup stabil

"Harga jeruk saat panen kecil dapat mencapai Rp 10.000 per kg, namun saat panen raya hanya Rp 6.000 per kg," ujarnya.

Suliyana, sebagai PPL tidak tinggal diam, beliau berusaha untuk terus membimbing petani agar dapat mengatur waktu pemupukan dan meminimalisir penggunaan pestisida agar jeruk dapat berbuah diluar musim.

"Jeruk keprok batu 55 jika dikembangkan di daerah irigasi mempunyai berbagai keuntungan diantaranya dapat mengatur waktu panen sehingga dapat mengantisipasi harga. Cara budidaya yang efisien, penggunaan pupuk yang tepat dan penggunaan pestisida yang minimal merupakan kunci untuk menuju keberhasilan tersebut," jelasnya.

Dirinya menekankan penggunaan pestisida seminimal mungkin minimal sebagai upaya menuju pertanian organik. "Produsen dapat mengurangi biaya produksi dengan usaha tani yang ramah lingkungan, sementara konsumen dapat menikmati buah jeruk yang aman dikonsumsi," tambahnya.

Antusiasme petani sangat tinggi, terutama dengan melihat keberhasilan petani lain. Hamparan kebun jeruk ini menjadikan Kabupaten Malang menjadi daerah agrowisata jeruk Indonesia.(p/eg)